Jumat, 26 Maret 2010

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL THINK-PAIR-SHARE SEKOLAH DASAR PALEMBANG


Dalam pembelajaran disekolah, IPS merupakan mata pelajaran IPS salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa, oleh karena itu dalam proses pembalajaran IPS diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama untuk semua pkokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa metode mangajar tertentu cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain.

pembelajaran kooperatif dalam perkembangannya mempunyai beberapa variasi model, yaitu :
a. Student-Teams-Achievement-Division (STAD)
b. Teams-Geams-Tournament (TGT)
c. JIGSAW
d. Think-Pair-Share (TPS)
e. Nambered-Head-Together (NHT)
Dari kelima pembelajaran kooperatif diatas, saya memilih model Think-Pair-Share (TPS) yaitu kelompok berpikir berpasangan karena pada dasarnya semua guru menginginkan kompetensi tercapai dalam setiap pembelajaran. Salah satu wujud potensi tersebut adalah keterampilan berpikir dan kerja sama siwa. Aktivitas berpikir dan kerja sama siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran melalui keaktivan siswa dan kerjasama diharapkan prestasi belajar siswa, akan mengalami peningkatan. Salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam kerjasama adalah melalui model Think Pair Share. Pengajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk kerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebab Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secar keseluruhan dan prosedur yang digunakan dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon dan saling membatu. (dikutif Arends. Dalam Trianto. 2009 : 81).
Untuk menguasai matari mata pelajaran IPS ini diperlukan strategi dan pendekatan atau model tertentu supaya siswa dapat menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari. Selama ini guru telah melakukan berbagai cara dengan menggunakan metode yang bervariasi, media dan lain-lain untuk membantu siswa supaya dapat aktif, dan dapat mengusai materi pelajaran sihingga hasil belajarnya lebih baik, tetapi kenyataannya, hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan permasalahan diatas alternative pemecahannya yang cocok untuk materi pada mata pelajaran IPS yaitu dengan peningkatan Model Think-Pair-Share (TPS). Model Think – Pair – Share yang di kembangkan oleh Kagan dalam (Rosmaini, dkk, 2002-2003 : 9) mengajarkan siswa0 untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan dapat membangkitkan rasa peracaya diri siswa, dimana siswa dapat bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok kecil.
Keunggulan dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, menghendaki siswa untuk lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu dalam kelompok kecil dan diharapkan siswa lebih aktif belajar untuk menyelasaikan tugas-tugasnya, semua anggota kelompok merasa terlibat didalamnya. Bentuk latar belakang diatas maka yang menjadi judul penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan model Think-Pair-Share Sekolah Dasar Palembang.
Prosedur dalam pembelajaran konsperatif model Think –Pair-Share (TPS). Menurut Lyman (dalam Sepriana dan Handoyo 2008 : 6), terdiri empat tahapan yaitu pemberian masalah oleh guru, tahap ¬Think (berpikir secara individual, dimana siswa diberi kesempatan untuk memikirkan jawabannya sendiri terhadap masalah yang diberikan, tahap Pair (siswa berpasangan) untuk saling berbagi / ide dan mendiskusikan jawaban atas permasalahan yang diberikan, dan tahap ¬Share (siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas) dimana beberapa kelompok ditunjuk secara untuk menjelaskan permasalahan hasil kerja kelompok, dan kelompok lain diberi kesempatan menanggapi dan mengeluarkan idenya. Permilihan kelompok secara acak ini bertujuan agar setiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk tampil didepan kelas.
Penulis memilih model ini dapat meningkatkan aktivitas, kemampuan berkerjasama antar siswa serta prestasi belajar siswa merupakan usaha dasar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karakteristik peserta didik namun, sebagian dari proses pendidikan, pembelajaran IPS secara terus menerus perlu dikembangkan. Dalam pengembangan itu, terdapat dua aspek penting yaitu pembelajaran siswa bagaimana belajar dan membelajarkan siswa bagaimana berpikir, Dryden (dalam Septriana dan Handoyo, 2008 : 8).
Pada dasarnya semua guru menginginkan kompetensi tersebut adalah keterampilan berpikir dan kerjasama siswa. Aktivitas berpikir dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran. Melalui keaktifan siswa dan kerjasama diharapkan prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan. Salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam kerjasama adalah melalui model Think –Pair-Share yaitu pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menggunakan model Think –Pair-Share (TPS) diharapkan proses dari hasil pembelajaran IPS lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mangalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Mereka saling bekerjasama dan dapat mengetahui perkembangan kemajuan yang mereka peroleh dan pembelajaran dapat tercapai
Dan dengan menggunakan model Think –Pair-Share siswa akan merasa senang belajar IPS, mereka akan lebih aktif karena materi, pelajaran tidak hanya dari guru tetapi sesame siswa saling bekerjasama dan serta dapat meningkatkan semangat siswa terhadap pembelajaran IPS dan mampu bekerjasama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok kecil.
Aktifitas siswa bekerjasama dengan pasangannya merupakan keunggulan dari model Think –Pair-Share, karena merupakan tahap awal bertanya pada teman sebelah bertanya pada pasangan lain.
Usman (dalam Rosmaini, dkk. 2004 : 11) menggunakan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa perlu dilatih bekerjasama karena ada pepatah yang dikerjakan dengan baik bila dikerjakan bersama, aktifitas siswa bekerjasama dengan pasangan lain dalam satu kelompok, terlihat sangat menarik karena bila siswa tidak puas dengan jawaban pasangannya maka mereka pindah bertanya pada pasangan lain dalam kelompoknya, untuk itu siswa saling mencocokan jawabannya, Suhermi (dalam Rosmaini, dkk, 2004 : 12).
Menurut Hamalik (dalam Rosmaini, 2004 : 12), aktifitas siswa akan berkembang bila dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimiliki. Dalam hal ini guru memegang peranan penting untuk mendorong aktifitas siswa sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Peranan guru dalam pengajaran adalah memberi dorongan, bimbingan dan fasilitas agar hasil belajar siswa baik. Menurut Roestiyah (dalam Rosmaini, dkk, 2004 : 12) bahwa peranan guru dalam pengajaran antara lain fasilitator, pembimbing dan organisator. Guru harus mampu memberi dorongan agar siswa aktif. Salah satu usaha guru dala mendorong siswa agar aktif dan meningkatkann hasil belajarnya yaitu melalui pembelajaran melalui model Think –Pair-Share.

A. Defenisi Belajar
1. Belajar menurut pandangan Skinner
Skinner ( dalam Dimyati, Mudjiono 1994 : 9 ) belajar adalah suatu prilaku, sebab pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik dan sebaiknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.



2. Belajar menurut padangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne ( dalam Dimyati, Mudjiono 1994 : 10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan sikap dan nilai.
Belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi ekternal, kondisi internal dan hasil belajar.
Selanjutnya Gagne, 1970 (dalam Syaiful Sagala, 2008-2009 : 17). Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.

3. Belajar menurut pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Roger (dalam Dimyati, Mudjiono, 2008-2009 : 29) praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran bukan pada siswa yang belajar yang ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghapalkan pelajaran.
Selanjutnya Roger mengatakan pengajaran yang berpusat pada murid memberi kebebasan agar murid dapat memilih kegiatan yang dirasanya perlu atas tanggung jawab sendiri.

4. Belajar menurut pandangan Jerone S. Bruner
Jerone S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi. Perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif (dalam Syaiful Sagala, 2008-2009 : 36-37) beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding) yang saling berkaitan sedemikian rupa, hingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam dan belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model itu yang terjadi melalui pengubahan kategori-kategori menghubungkan kategori-kategori baru.
Anak sebagai sosok yang mampu memecahkan masalah sendiri secara aktif (active problem solver) yang memiliki cara sendiri untuk memahami dunia.

B. Defenisi Hasi Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mangajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar ( dalam Dimyati, Mudjiono, 1994 : 3-4).
Selanjutnya hasil belajar merupakan suatu puncak belajar terutama berkat evaluasi guru, yang berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring ( dalam Dimyati, Mudjiono, 1994 : 20).

C. Defenisi IPS
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya, yang menjadi pokok kajiannya adalah hubungan antar manusia, latar belakangnya adalah kehidupan nyata manusia. (Suradi Sastra, Syamsul, Sadeli, Hasan, Depdikbud, 1992-1992 : 4).
IPS adalah suatu bidang studi salah satu mata pelajaran di sekolah dasar (SD) bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupan sehari-hari (Depdikbud)
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu social seperti sosiologi ,sejarah, geograpi,ekonomi,politik,hokum dan budaya.IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari sisi materi cabang-cabang ilmu social.
IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Melalui IPS peserta didik diarahkan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial budaya, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis,bertanggung jawab,serta menjadi warga dunia cinta damai (supriatna, 2006 ; 3).
Dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial salah satunya membahas keragaman budaya yang ada di Indonesia .
Kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang dipikirkan,dikatakan dan dihasilkan manusia melalui proses belajar. Kebudayaan dapat berwujud dalam nilai baik dan buruk, sopan santun,p eraturan, pengetahuan, bahasa, adat istiadat atau kebiasaan, kesenian dan benda-benda yang dihasilkan, contoh yang paling nyata dari kebudayaan adalah cara kita berpakaian (Susila Ningsi, Imbong, 2008 ; 91).

D. Tujuan Pembelajaran IPS Di SD
a. Tujuan Umum
Tujuan pendidikan IPS sebagai pendidikan ilmu social ini adalah melatih siswa berpikir, melihat masalah dan menyelasaikan masalah. Dalam konteks pendidikan anak, unsur psikologis dan pedagogis ginugunakan terutama untuk membantu anak menguasai materi yang diajarkan, kegunaan paktis bagi kehidupan anak kurang mendapat tempat, karena yang di perhatikan adalah kepentingan ke ilmuan (Hasan, 1993).
Tujuan pendidikan IPS dalam pengertian pengetahuan sosial adalah mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan menilai untuk dirinya sebagai idividu maupun sebagai mahluk sosial dan budaya (Hasan, 1993).
Pendidikan IPS dalam pengertian pendidikan pengetuan sosial juga bertujuan mengembangkan kemampuan tahun sosial juga bertujuan mengembangkan kemampuan anak dalam bersimpati terhadap orang lain, kemampuan berkomunikasi, bersimpati terhadap orang lain, sikap (terutama sikap domokrasi), moral dan nilai. Tujuan ini sangat ditekankan terutama untuk masayarakatnya, (Hasan, 1993)


b. Tujuan Khusus
Marsh (1991) menyebutkan lingkup tujuan pendidikan IPS, yang sebenarnya mencakup dimensi Hands-on (keterampilan), heands-on (pengetahuan/kognitif) d an hearts-on (sikap dan perasaan).
Wright (1996) mengemukakan bahwa tujuan IPS ialah mendorong anak untuk mengembangkan kualitas personal melalui proses mengetahui, menggali menghayati dan menilai, serta yang tak kalah penting adalah mendorong agar berkembang kamuan untuk berpartisipasi secara positif baik dalam lingkup masyarakat lokal, nasional maupun global.
Wringht (1996 : 17) secara rinci tujuan pendidikan IPS digambarkan dalam tiga untaian (strands) yaitu pemahaman (under standings), sikap (sipositions), dan kemampuan (competencies) yang saling mendukung dan dalam posisi yang seimbang.
Tujuan pendidikan IPS juga dipaparkan Martorella (1994 : 181-183), yang mengacu kepada laporan NCSS (1989) dengan mengemukakan tiga kelompok keterampilan yang relevan, dalam pembelajaran IPS yaitu :
1. Keterampilan yang berhubungan dengan pengorganisasian dan penggunaan informasi.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengorganisasian dan penggunaan informasi
3. Keterampilan yang berhubungan dengan hubungan antar anggota masyarakat dan partisipasi sosial.
Demikian juga Fraenkel (1980) yang menekankan pentingnya keterampilan sosial dalam pendidikan IPS untuk membentuk kemampuan berpartisipasi sosial.
b 1. Dimensi Heans-on (Pengetahuan / kognitif)
Dimensi pengetahun menurut Wright, (1996 : 17) adalah perubahan, geografi, ekonomi, budaya, politik hukum, pemahaman teknologi. Marsh menyebutinya sebagai “Heads-on” yang berarti pengetahuan, sedangkan Jarolimek (1985 : 5), menyebutinya sebagai “Knowledge dan information goals” atau tujuan pengetahuna informasi. Menurut dimensi ini menyangkut kemampuan oleh piker siswa yang digunakan indentik dengan kemampun kognitif yang mencakup berbagai aspek, antara lain aspek “pengetahuna dan informasi”.
b 2. Dimensi Hands-on (keterampilan)
dimensi berikut ini adalah dimensi kompetensi (competencies), yang mencakup kemampuan berpikir, berpartisipasi, penyerapan informasi, dan penggunaan informasi.
b 3. Dimensi Hearts-on (sikap dan perasaan)
Menurut Wright (1996 : 17) ialah dimensi sikap dan nilai (dispotions) yang mencakup sikap toleran, simpati, partisipasi, sebagai warganegara, dan sikap yang ingin melayani (stewardship), meminjam ialah yang digunakan taksonomi, Bloom, dimensi ini identik dengan ranah efektif. Marsh (1991), menyebutkan dimensi ini dengan istilah “hearts-on” sedangkan Jarolinek (1985) menyebutkan sebagai tujuan sikap dan nilai-nilai yang mencakup 6 aspek kemampuan, yaitu :
1. Memahami nilai-nilai umum yang berlaku ditengah-tengah masyarakat, dalam berhubungan dengan dokumen sejarah bangsa, hukum ditanah air, keadilan dan agama.
2. Mampu mengambil keputusan yang melibatkan berbagai pilihan nilai
3. Memahami jaminan atas hak-hak azazi manusia untuk semua warganegara
4. Mengembangkan sikap loyal yang rasional terhadap Negara
5. Mengembangkan sikap menghargai gagasan, warisan dan lembaga-lembaga Negara.
6. Mengembangkan sikap dan keinginan untuk membantu sesame anggota masyarakat.



E. Model Think-Pair-Share (Kelompok Berpikir Berpasangan)
Kekurang aktifan siswa yang terlibat dalam pembelajaran dapat terjadi karena metode dan model yang digunakan kurang melibatkan aktivitas siswa secara langsung.
Pembelajaran di kelas masih banyak didominasi oleh guru sehingga kurang mampu membangun persepsi, minat dan sikap siswa yang lebih baik. Lufri ( dalam Septriana dan Handoyo, 2008 : 9) menyatakan dalam pendidikan IPS sebagian besar disebabkan oleh factor didaktif, termasuk metode pengajaran yang berpusat pada guru. Dengan kurangnya minat dan sikap siswa tersebut berdampak terhadap prestasi belajar yang secara umum kurang memuaskan.
Satu metode, model yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah model Think-Pair-Share (TPS). Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman Laura ( dalam Septriana dan Handayo, 2008 : 9) menyatakan bahwa salah satu keunggulan dari model TPS mudah untuk di terapkan / digunakan pada berbagai tingkat kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan. Siswa diberi waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Prosedur yang digunakan bertanya kepada teman sebaya dan berdiskusi kelompok untuk mendapatkan kejelasan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru bagi siswa tertentu akan lebih mudah dipahami diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu masalah. Dengan cara seperti ini, siswa diharapkan mampu bekerjasama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil lainnya.
Frank Lyman dan Kagan ( dalam Rusmaini, Suryawati, Maryani, 2002-2003 : 11) yaitu penerapan pembelajaran kooperatif dengan model TPS memiliki prosedur yang diterapkan untuk memberi siswa waktu agar dapat berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain sehingga termotivasi untuk mempelajari IPS.
Model Think-Pair-Share (TPS) yang di kembangkan oleh Kagam dalam (dalam Rusmaini, Suryawati, Maryani, 2002-2003 : 9) mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang berikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa dimana siswa bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok kecil yang heterogen.
Langkah-langkah pembelajaran IPS dengan menggunakan model Thik-Pair-Share menurut Frank Lyman ( dalam Husni, 2007 : 16) sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kopetensi yang ingin dicapai
2. Siswa di minta untuk berpikir tentang materi / permasalahan yang disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya/teman sebangku (dalam kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum di ungkapkan para siswa.
6. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran
7. Penutup
Keunggulan model Think Pair-Share (TPS)
- Optimalisasi partisipasi siswa
- Siswa lebih aktif belajar
- Siswa lebih banyak berfikir
- Siswa lebih banyak menjawab
- Saling membantu dalam kelompok kecil
- Berupaya bertukar ide dan pendapat dengan pasangannya
Kelemahan model Think – Pair – Share
- Siswa yang kurang selalu bergantung pada siswa yang pandai
- Menuntut rasa tanggung jawab yang besar
- Membutuhkan pemahaman dan kemampuan dalam penyelesaian masalah
Think-Pair-Share adalah berpikir, berpasangan dan berbagi pengetahuan, jadi maksud dari pengertian TPS tersebut adalah suatu kegiatan belajar yang mana siswa diberi kesempatan berpikir untuk menjawab secara berpasangan dan dengan cara bekerjasama satu sama lain serta saling berbagi ide dalam mendiskusikan jawaban atas permasalahan yang diberikan.



























DAFTAR PUSTAKA


B.F. Skinner. Dalam Dumyati, Mudjimo, 2008-2009 Belajar dan Pembelajar, Jakarta : Rineka Cipta.

B.F. Skinner. Dalam Syaiful, Sagala, 2008-2009. Konsep dan Makna Pembelajaran,. Bandung : Al Fabeta

Carl R. Rogers. Dalam Syaiful, Sagala, 2008-2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Al Fabeta

Frank Lyman. Dalam Husni, 2007,kumpulan model-model pembelajaran pakem, . Palembang

Frank Lyman. Dalam Septriana dan Handoyo, 2008 Internet

Husni ( 2007 ) Kumpulan Model-model Pembelajaran Pakem. Palembang

Jerome. S. Bruner. Dalam Syaiful, Segala, 2008-2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Al Fabeta

Kagan. Dalam Rosmaini, dkk. 2002-2003. Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas 7. Pekan Baru Riau : Internet

Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM), Dikutif Yuliani Burmawi 2008. Sumsel : LPMP

Lufri. Dalam Septriana dan Handoyo, 2008. Penerapan Think-Pair-Share (TPS) dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Pretasi Belajar Geografi. Bandung : Internet

Mulyana, Z ( 2007 ). Tes dan Asesmen di SD. Jakarta : UT

Muslich ( 2007 ). KTSP. Jakarta : Bumi Aksara

Rosmaini, dkk ( 2002 / 2003 ), Penerapan Pendekatan Struktural Think–Pair-Share ( TPS ) utnuk meningkatkan hasil belajar dan Aktifitas siswa kelas 1.7 SLTPN 20 Pekan Baru, Riau. Pekan Baru : Internet

Siti Fatimah, dkk (2009). Model-Model Pembelajaran SMP-SMA. Palembang : Unsri

Siti Fatimah (2009). Model-Model Pembelajaran, Asesment, Media dan RPP SD. Palembang : Unsri

Septriana dan Handoyo ( 2008 ), Penerapan Think - Pair – Share (TPS) dalam pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar Geografi. Bandung

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana























































ABSTRAK


Artikel ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Palembang dengan menggunakan model Think-Pair-Share. Artikel ini digunakan dalam mata kuliah “Karya Ilmiah” dengan artikel ini akan menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis.
Prosedur dalam pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) terdiri empat tahapan yaitu : tahap pemberian masalah oleh guru, tahap Think (berpikir secar individual) dimana siswa diberi kesempatan untuk memikirkan jawabanny sendiri terhadap masalah yang diberikan, tahap Pair (siswa berpasangan) untuk saling berbagai ide dan mendiskusikan jawaban atas permasalahn yang diberikan, dan tahap Share (siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas) dimana beberapa kelompok ditunjuk secara acak untuk menjelaskan penyelesaian masalah hasil kerja kelompoknya, dan kelompok lain diberi kesempatan menanggapi dan mengeluarkan idenya. Pemilihan kelompok secara acak ini bertujuan agar setiap kelompok mempunyai peluang yang sama untuk tampil didepan kelas.

Kata Kunci : Meningkatkan, hasil belajar model Think-Pair-Share
HALUSINASI


1. DEFINISI
Halunisasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh (student & sudden. 1998)
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun ada panca indera seorang pasien yang tejadi dalam keadaan sadar terbangun

2. TANDA DAN GEJALA
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

3. PENYEBAB HALUSINASI
Salah penyebab dari halusinasi yaitu isolasi sosial. Menarik diri yang merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
Tanda dan gejala
• Apatis dan apeks tumpul
• Menghindar dari orang lain
• Komunikasi kurang bahkan tidak ada
• Tidak ada kontak mata

4. AKIBAT HALUSINASI
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala
• Memperhatikan permusuhan
• Mendekati orang lain dengan ancaman
• Memberikan kata-kata ancaman
• Mempunyai rencana untuk melukai

5. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Biologis  abnormalitas otak menyebabkan respon neurologic
a. Skizo frenia
b. Psikotik
c. Kimia otak
2. Psikologis  faktor keluarga
3. Sosial budaya  stress

6. FAKTOR PRESIPITASI
1. Biologis  berlebihan proses informasi p ada system syaraf, mekanisme penghayatan listrik di syarat yang terganggu
2. Stress lingkungan
3. Pemicu gejala
• Kesehatan
• Lingkungan
• Sikap/perilaku

7. MEKANISME KOPING
• Regresi :
a. Masalah informasi
b. Upaya mengatasi cemas
c. Aktivitas hidup sehari-hari rendah
• Proyeksi
• Menarik diri

8. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensoris persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial : Manarik diri

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensoris persepsi : Halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Resiko perilaku kekerasan

10. NURSING CARE PLAN
a. Tujuan
1. Pesien mengenali halusinasi yang dialami
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Membantu pasien mengenali halusinasi
3. Melatih pasien mengontrol halusinasi
a. Menghardik
b. Bercakap-cakap
c. Meminta pasien merayakan ulang
d. Menggunakan obat

Senin, 15 Februari 2010

KISAH SINGKAT NABI MUHAMMAD SAW


Kelahiran Nabi Muhammad saw.
Di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya, lahirlah ke dunia dari keluarga yang sederhana di kota Mekah. Seorang bayi yang kelak membawa perubahan besar bagi sejarah perabadan dunia. Bayi itu yatim, bapaknya yang bernama Abdullah meninggal ± 7 bulan sebelum dia lahir. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muththalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka'bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum pernah ada sebelum-nya. Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad itu pada tanggal
12 Rabiulawal tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 571 M.
Nabi Muhammad saw. adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy yang telah berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza'ah atas kota Mekah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Banu Ismail. lbunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah.
Nabi Muhammad saw. Beliau diserahkan oleh ibunya kepada seorang perempuan yang baik Halimah Sa'diyah dari Bani Sa'ad kabilah Hawazin, tempatnya tidak jauh dari kota Mekah. Di perkampungan Bani Sa'ad inilah Nabi Muhammad saw. diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun.

Kematian Ibu dan Kakek
Sesudah berusia lima tahun, Muhammad saw. diantarkannya ke Mekah kembali kepada ibunya, Siti Aminah. Setahun kemudian yaitu sesudah ia berusia kira-kira enam tahun, beliau dibawa oleh ibunya ke Madinah, bersama-sama dengan Ummu Aiman, sahaya peninggalan ayahnya. Maksud membawa Nabi ke Madinah, pertama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Najjar dan kedua untuk menziarahi makam ayahnya. Mereka tinggal di situ kira-kira satu bulan, kemudian pulang kembali ke Mekah. Dalam perjalanan mereka pulang, pada suatu tempat, Abwa' namanya, tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan dimakamkan di situ juga. Betapa sedih hati Muhammad, dari kecil tak mengenal ayahnya kini harus berpisah pula dengan ibunya.
Sesuai dengan wasiat Abdul Muththalib, maka Nabi Muhammad saw. diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Kesungguhan dia mengasuh Nabi serta kasih sayang yang dicurahkan kepada keponakannya ini tidaklah kurang dari apa yang diberikannya kepada anaknya sendiri. Selama dalam asuhan kakek dan pamannya, Nabi Muhammad saw. menunjukkan sikap yang terpuji dan selalu membantu meringankan kehidupan mereka.

Pengalaman Penting Nabi Muhammad saw.
Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw. mengikuti pamannya, Abu Thalib membawa barang dagangan ke Syam. Sebelum mencapai kita Syam, baru sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani yang alim, Buhaira namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad saw. Maka dinasehatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Mekah, sebab dia khawatir kalau-katau Muhammad saw. ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya (dalam riwayat lain kaum Yahudi akan membunuhnya). Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekah.
Meningkat masa dewasa, Nabi Muhammad saw. mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya. Karena dia terkenal orang yang jujur, maka seorang janda kaya bernama Siti Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangan ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang pembantu Siti Khadijah yang bernama Maisarah. Setelah selesai menjualbelikan barang dagangan di Syam, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, mereka pun kembali ke Mekah.
Sesudah Nabi Muhammad saw. pulang dari perjalanan ke Syam itu, datanglah lamaran dari pihak Siti Khadijah kepada beliau, lalu beliau menyampaikan hal itu kepada pamannya. Setelah tercapai kata sepakat pernikahan pun dilangsungkan, pada waktu itu umur Nabi ± 25 tahun sedang Siti Khadijah ± 40 tahun.

Akhlak Nabi Muhammad saw.
Dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Tak ada sesuatu perbuatan dan tingkah lakunya yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda-pemuda dan penduduk kota Mekah pada umumnya yang gemar berfoya-foya dan bermabuk-mabukan. Karena demikian jujurnya dalam perkataan dan perbuatan, maka beliau diberi julukan "Al-Amin" artinya orang yang dapat dipercaya.

Muhammad saw. Menjadi Rasul
Ketika menginjak usia empat puluh tahun, Muhammad saw. lebih banyak mengerjakan tahannuts daripada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih lama daripada waktu-waktu sebelumnya.
Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehai, di waktu Nabi Muhammad saw. sedang bertahannuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril as. membawa tulisan dan menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, katanya: "Bacalah" : Dengan terperanjat Muhammad saw. menjawab: "Aku tidak dapat membaca". Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh Malaikat Jibril as. sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: "Bacalah" : Tetapi Muhammad saw. masih tetap menjawab: "Aku tidak dapat membaca" : Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw. berkata: "Apa yang kubaca?". Kata Jibril :
Artinya: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan dengan pena (tulisan baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Surat (96) Al 'Alaq ayat 1-5).
Inilah wahyu yang pertama yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. Dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.

Tugas Nabi Muhammad saw.
Menurut riwayat, selama lebih kurang dua setengah tahun lamanya sesudah menerima wahyu yang pertama, barulah Rasulullah menerima wahyu yang kedua. Di kala menunggu-nunggu kedatangan wahyu kedua itu, RAsulullah diliputi perasaan cemas, dan khawatir kalau¬kalau wahyu itu putus malahan hampir saja beliau berputus asa, akan tetapi ditetap-kannya hatinya dan beliau terus bertahannuts sebagaimana biasa di Gua Hira. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit, beliau menengadah, tampaklah Malaikat Jibril as. sehingga beliau menggigil ketakutan dan segera pulang ke rumah, kemudian minta kepada Siti Khadijah supaya menyelimutinya.

Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Sesudah Rasulullah saw. menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi tinggal dalam satu rumah dan sahabat¬sahabat beliau yang terdekat, seorang demi seorang, agar mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Maka yang mula-mula iman kepadanya ialah istri beliau sendiri Siti Khadijah, disusul oleh putra pamannya yang masih amat muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Naritsah, budak beliau yang kemudian menjadi anak angkat beliau.
Tiga tahun lamanya Rasulullah saw. melakukan da'watul afrad ini yaitu: ajakan masuk Islam seorang demi seorang secara diam¬diam atau secara sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah yang lain. Kemudian sesudah ini, turunlah firman Allah Surat (15) Al Hijr ayat 94 yang artinya: Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
Ayat ini memerintahkan kepada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan dan meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad saw. menyeru kaumnya secara umum di tempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah dan mengesakan-Nya. Pertama kali seruan (dakwah) yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekah pada umumnya yang terdiri dari bermacam¬macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah-kabilah Arab dari pelbagai daerah yang datang ke Mekah untuk mengerjakan haji.

Reaksi Orang-orang Quraisy
Ketika orang-orang Quraisy melihat gerakan Islam serta men¬dengar bahwa mereka dengan nenek moyang mereka dibodoh¬bodohkan dan berhala-berhala dihina-hina, bangkitlah kemarahan mereka dan mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadap Nabi dan pengikut-pengikutnya. Banyaklah pengikut Nabi yang kena siksa di luar perikemanusiaan, terutama sekali pengikut dari golongan rendah. Terhadap Nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan gangguan badan, karena beliau masih dilindungi paman beliau Abu Thalib dan di samping itu beliau adalah keturunan Bani Hasyim yang mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi dalam pandangan masyarakat Quraisy sehingga beliau disegani.
Ada beberapa faktor yang mendorong orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin, antara lain :

Hijrah Ke Habsyah (Ethiopia)
Setelah orang-orang Quraisy merasa bahwa usaha-usaha mereka untuk melunakkan Abu Thalib tidak berhasil, maka mereka melancarkan bermacam-macam gangguan-gangguan dan penghinaan kepada Nabi dan memperhebat siksaan-siksaan di luar perikemanusiaan terhadap pengikut-pengikut beliau. Akhirnya Nabi tak tahan melihat penderitaan sahabat-sahabatnya lalu menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah (Abisinia) yang rakyatnya menganut agama Kristen dan Rasul mengetahui bahwa raja Habsyah yaitu Najasyi dikenal adil. Maka berangkatlah rombongan pertama terdiri dari sepuluh orang laki-laki dan empat orang perempuan. Kemudian disusul oleh rombongan¬rombongan yang lain hingga mencapai hampir seratus orang. Di antaranya Utsman bin Affan beserta istri beliau Rukayyah (putri Nabi), Zuber bin Awwam. Abdurrahman bin Auf, Dja'far bin Abu Thalib dan lain-lain. Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima sesudah Nabi Muhammad menjadi Rasul (615 M).
Setibanya di negeri Habsyah mereka mendapat penerimaah dan perlindungan yang baik dari rajanya.

Pemboikotan Terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib
Sesudah orang Quraisy melihat, bahwa segala jalan yang mereka tempuh untuk memadamkan dakwah (seruan) Nabi Muhammad saw. tidak memberi hasil, karena Bani Hasyim dan Bani Muththalib - dua keluarga besar Nabi Muhammad, baik yang sudah Islam ataupun yang belum - tetap melindungi beliau, maka mereka mencari taktik baru untuk melumpuhkan kekuatan Islam itu. Mereka mengadakan pertemuan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan: hubungan perkawinan, jual beli, ziarah menziarahi dan lain-lain. Keputusan mereka itu ditulis di atas kertas dan digantungkan di Ka'bah

Nabi Mengalami Tahun Kesedihan
Belum lagi sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi Muhammad akibat pemboikotan umum itu, tibalah pula musibah yang besar menimpa dirinya, yaitu wafatnya paman beliau Abu Thalib dalam usia 87 tahun. Tidak berapa lama kemudian disusul oleh istrinya Siti Khadijah. Kedua macam musibah terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian. Tahun ini dalam sejarah disebut "Aamul huzni" (Tahun Kesedihan), di saat-saat permusuhan Quraisy terhadap beliau sedang menjadi-jadi. Mereka sudah mulai berani menyakiti badan Nabi. Akan tetapi segala macam musibah dan penganiayaan itu tidaklah mengendorkan semangat perjuangan Rasulullah.

Orang Yatsrib Masuk Islam
Setibanya mereka di Yatsrib dari Mekah, mulailah mereka menyiarkan kepada kaum kerabat mereka, tentang kebangkitan Nabi akhir zaman, Muhammad saw. yang berada di Mekah. Berkat kegiatan mereka, hampir setiap rumah di Madinah, sudah mendengar dan membicarakan tentang Nabi Muhammad saw.
Pada tahun ke-12 sesudah kenabian, datanglah ke Mekah di musim haji 12 orang laki-laki dan seorang wanita penduduk Yatsrib. Mereka menemui Rasulullah secara rahasia di Aqabah. Di lempat inilah mereka mengadakan bai'at (perjanjian) atas dasar Islam dengan Nabi.

Hijrah Ke Yatsrib
Tatkala Nabi Muhammad saw. melihat tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatrib itu, disuruhnyaiah para sahabat¬sahabatnya berpindah ke sana. Berkata Rasul kepada sahabat¬sahabatnya itu: "Sesungguhnya Allah Azza Wajalla telah menjadi¬kan orang-orang Yatsrib sebagai saudara-saudara bagimu dan negeri itu sebagai tempat yang aman bagimu".

Tugas Nabi Muhammad saw. Selesai
Ketika para utusan kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi untuk menjadi pemeluk agama Islam kemudian disusul dengan turunnya surat (110) An Nashr yang menggambarkan kedatangan utusan-utusan itu serta menyuruh Nabi memohonkan ampun untuk mereka, maka terasalah oleh beliau bahwa tugasnya hampir selesai. Karena merasa bahwa pekerjaannya telah hampir pada akhirnya, beliau berniat untuk melakukan Haji Wada' (Haji penghabisan) ke Mekah.

Jumat, 12 Februari 2010

Permata yang dicari

GERAKAN REFORMASI DINASTI USMANI



A. BIDANG MILITER
Sultan Mahmud II memusatkan perhatian pada berbagai perubahan internal yang di vokuskan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaa, sehingga menjadi suatu kekuatan yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan. Kebijaksanaan ini menempatkan dirinya sebagai musuh bagi kelompok militer yang dikenal dengan Yenis sari.
Pada tahun 1826 Sultan Mahmud II membentuk suatu kerps tentara baru sejumlah 40.000 (empat puluh ribu) orang yang terdiri dari orang-orang Islam yang disebut dengan Muallam Iskinji” (pasukan terlatih). Kerps baru ini dilatih oleh tokoh-tokoh meliter yang dikirim oleh Muhammad Ali Pasya dari Mesir.
Sultan Mahmud II menjauhi pemakaian pelatih-pelatih barat Eropa/ Kristen yang dimasa lampau mendapat tantangan dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan pembaharuan. Perwira Yenissari menyetujui pembetukan Kerps baru itu, tetapi bawahan mengambil sikap menolak.
Oleh Sultan Mahmud II sengaja dilakukan untuk mengimbangi Yenissari, yang selama ini mengendalikan kekuatan di Istambul pada tanggal 6 Juni 1826, ti ga hari menjelang pasukan baru ini melakukan parade di lembah laut hitam, pasukan Yenissari melancarkan aksi pemberontakan dengan tujuan menggagalkan parade dan memberi pertanda apriori terhadap pemberontakan tersebut, pemberontakan tersebut di kenal sebagai “ The Auspicius Incident” dalam sejarah Turki.
Kerajaan Turki Usmani, Sultan Mahmud II memberi perintah untuk mengepung Yenissari yang sedang memberontak dan memukul gamisum mereka dengan meriam. Pertumbahan dari besar-besaran terjadi kurang 1000 (seribu) tentara Yenissari mati terbunuh, tempat-tempat mereka berkumpul juga dihancurkan pendukung mereka dari golongan sipil ditangkap, sehingga korps yang sudah lama berdiri sekitar lima abad itu dihancurkan hanya beberapa jam saja.
Tarekat Bektasyi yang dikenal banyak mempunyai anggota dari kalangan Yenissari ikut dibubarkan. Usaha untuk membubarkan tarekat Bektasyi serta menghapuskan korps yenissari merupakan strategi yang tepat. Sebab dengan habisnya kedua kekuatan itu, kelompok-kelompok masyarakat yang anti pembaharuan menjadi tidak berdaya. Karena memperoleh dukungan dari Yenissari dan tarekat Bektasyi.
Dinasti Turki Usmani memiliki satu pasukan elite baru kerajaan yang mendukung segala kebijakan yang dilancarkan oleh Sultan Mahmud II. Usahanya didalam membenahi tubuh militer agar kuat, tangguh dan professional sangat penting artinya bagi pelurusan jalan menuju terwujudnya pembaharuan dibidang lainnya.
Pembenahan dalam bidang militer pada tahun 1830, dengan mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari Eropa dan Rusia. Sampai tahun 1840, didirikannya akademi militer di Turki, didukung oleh tenaga-tenaga militer professional yang dikirim oleh Muhammad Ali dari Mesir. Sultan Mahmud II juga mengirim pelajar-pelajar ke Eropa, untuk ilmu kemiliteran.

B. BIDANG PEMERINTAHAN
Tradisi-tradisi yang bersifat aristakratil di rombak oleh Sultan Mahmud II dengan sikap demokratis. Ia selalu tampil dalam upacara resmi kerajaan.
Sultan Mahmud II sedang menciptakan absulutisme baru dengan pendekatan gaya Barat modern (Modern Accident). Pembatasan kekuasaan para Gubernur penguasa didaerah (kaum Feudal) pada dasarnya sama dengan memindahkan kekuasaan absolute yang tadinya berada didaerah menuju pusat.
Kedudukan Sudrazam sebagai pelaksana tunggal pemerintahan dihapus dan sebagai gantinya, ia membentuk perdana menteri (Baskevil) perdana mentri (Vikilis) untuk urasan dalam negeri, luar negeri, keungan dan pendidikan. Departemen-Departemen yang mereka pimpin mempunyai kedudukan semi otonomi. Perdana mentri merupakan penghubung antara para mentri dan Sultan.
Kekuasaan yudikatif yang semula berada di tangan Sadrazam dipindahkan ketangan Syaikh al-Islam. Syaikh al-Islam hanya mengurusi masalah-masalh yang berhubungan dengan hukum syariat.
Sedangkan hukum sekuler diserahkan kepada dewan perancang hukum untuk mengantarnya.
Pada masa Sultan Mahmud II ini Turki Usmani pertama kali membedakan antara urusan dunia dan urusan agama secara tegas, urusan dunia diatur oleh hukum non syariat dan urusan agama diatur oleh syariat.
Sentralisasi kekuasaan program utama Sultan Mahmud II secara berangsur-angsur dilakasanakan system militer lama lenyap secara total pada tahun 1831, bersamaan dengan dihapuskannya system feudal, kekuasaan militer baru menjadi semakin loyal terhadap Sultan, dan menjadi alat sentralisasi politik.

C. BIDANG PENDIDIKAN
Pendidikan lebih banyak didorong oleh kebutuhan terhadap peningkatan kemampuan pejabat militer dan dokter militer. Pada tahun 1827 Sultan Mahmud II mendirikan sekolah kedokteran “ Thibane-i-Amire” dan sekolah “teknik Muhendisane” dikota Istambul yang bertujuan untuk mendidik dokter militer. Pada tahun 1831 – 1834 berdiri dua lembaga pendidikan militer baru yaitu “Muzika-i-Humayun Maktabi” yang merupakan sekolah music kerajaan dan sekolah mektab-i-Ulum Harbiye yang merupakan akademi militer, kedua lembaga ini diresmikan tahun 1834.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II di bidang pendidikan. Ada beberapa himbauan antara lain.
a. Anjuran kepada orang tua agar tidak menghalangi anak-anak masuk madrasah hingga berusia dewasa.
b. Mengadakan perubahan kurikulum pendidikan yang berhubugan dengan agama seperti Fiqh, Tafsir, Bahasa Arab adan sejenisnya ditambah dengan pengetahuan-pengetahuan umum didalamnya.
c. Mendirikan dua sekolah pengetahuan umum, yaitu Mekte-i-Ma’arif (sekolah pengetahuan umum) dan Mekteb-i-Ulum 0u Edibiye” (Sekolah Sastra). Dan Mahmud juga mendirikan sekolah-sekolah kejuruan lainnya.
Pada tahun 1838 Sultan Mahmud II mendirikan “ Darul ul-Ulum-U-Hikemiye Ve-Mekteb-i-Tibbiye Sahane” yaitu sekolah kedokteran” dan sekolah pembedahan yang digabung menjadi satu. Bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa perancis.
Mahmud II mengirimkan para pelajar ke Eropa. Para siswa kembali ke Turki setelah menyelesaikan studinya, mereka tampak berpengaruh dalam penyebaran ide-ide baru kerajaan Usmani.

Tanzimat dan Gerakan Konstitusi
Keberhasilan pembaharuan Sultan Mahmud II dilanjutkan oleh Sultan Abdul Majice I (1839-1861) dan pembantu-pembantunya, para pejabat tinggi seperti Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami, Mehmed Sadik Rifat Pasya, Mahmed Ali Pasya dan Fuad Pasya. Usaha-usaha pembaharuan yang mereka lancarkan telah membawa kerajaan Turki Usmani kepada suatu era baru. Gerakan itu disebut Tanzimat.
Tazimat adalah nama yang diberikan kepada usaha-usaha pembaharuan yang dilakukan di Turki antara tahun 1839-1871 sebagai kelanjutan yang dijalankan oleh Sultan Abdul Majid yang menggantikan Sultan Mahmud II mengeluarkan sebuah piagam yang disebut Hatt-i-Sherif Gulhane.
Tahun 1871 sebagai patokan akhir untuk menandai wafatnya tokoh Tanzimat terakhir.
Tanzimat berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti mengatur, meyusun dan memperbaiki. Zaman itu memang banyak peraturan dan undang-undang baru. Selama Sultan Abdul Majid I berkuasa, dikeluarkan dua buah piagam yaitu : Hatt-i-Sherif Gulhane pada tahun 1839 dan Hatt Humayun pada tahun 1856, yang pertama merupakan hasil rancangan Rasyid Pasya yang didukung oleh pemikiran Mustafa Sami dan Mehmed Sadik Rifat Pasya.
Yang kedua adalah hasil rancangan Mehmed Ali Pasya dan Fuad Pasya. Tujuan dikeluarkannya piagam itu adalah untuk memajukan kerajaan Usmani dan sekaligus membatasi kekuasaan Sultan yang Absolut, di samping untuk memberikan keserjahteraan dan keadilan pada rakyat.
Dalam piagam Gulhane dijelaskan bahwa pada masa permulaan Dinasti Usmani syariat dan undang-undang Negara dipatuhi oleh karena itu. Kerajaan menjadi besar dan kuat, dan rakyat dalam kemakmura. Namun pada masa seratus lima puluh tahun terakhir syariat dan undang-undang tidak lagi di perhatikan oleh kemiskinan dan kebesaran Negara lenyap digantikan oleh kelemahan. Karena itu diadakan perubahan-perubahan yang akan membawa kepada pemerintahan yang baik. Dasar-dasar perubahan itu adalah :
1. Terjaminnya ketentraman hidup, harta dan kehormatan warga Negara
2. Peraturan mengenai pemungutan pajak
3. Peraturan mengenai kewajiban dan lamanya Dinas Militer.
Secara prinsip piagam ini meyakini hak hidup, kekayaan, kehormatan dan kedudukan yang sama bagi setiap kelompok agama dihadapan hukum. Sebelumnya orang-orang non muslim merupakan warga Negara kelas dua.
Untuk merealisir isi piagam tersebut diusulkan seperangkat kebijakan, diantaranya adalah penghapusan pajak, pertanian, perbaikan serta penghematan pengeluaran biaya militer, di tegakkannya keadilan umum, dijaminnya hak milik dan dihapuskan penyitaan yang sewenang-wenang. Dari usalan-usalan dapat disimpulkan, bahwa kehidupan hukum dan social – ekonomi dalam keadaan yang memperhatinkan.
Pada tahun 1856 Sultan Ali Pasya dan Fuad Pasya mengumkan Hatt-i-Humayun. Piagam ini untuk kebaikan semua pihak. Dalam piagam Gulhane, menjamin persamaan hak antara warga yang muslim dan non muslim, tidak ada perbedaan yang didasarkan atas perbedaan agama, bahasa atau bangsa.
Implementasi sesudah keluarnya piagam Humayun langsung dipimpin oleh kedua perancangnya, Ali Pasya dan Fuad Pasya, murid-murid setia dari Mustafa Rasyid Pasya dibawah pimpinan mereka diadakan penyempurnaan hukum pidana, hukum dagang dan hukum kelautan dengan mengenakan sumber dari hukum Perancis. Hak memiliki, memakai tanah air diatur.
Pada tahun 1867 didirikan Mahkamah Agung, dan pada tahun 1868 di buka sekolah Galatasaray. Disekolah ini berikan pendidikan umum dalam bahasa Perancis. Siswa muslim dan non muslim berdampingan. Sekolah ini berperan penting dalam melahirkan pemimpin-pemimpin pembaharuan masa selanjutnya. Selain itu, pembaharuan tanzimat juga membawa paham secular dalam berbagai institusi kemasyarakatan, terutama institusi hukum Piagam Gulhane menyatakan penghargaan tinggi kepada syariat.

Sabtu, 26 Desember 2009

Cinta dan Anugrah


Cinta adalah anugrah yang teridah yang diberikan Allah kepada manusia, dengan cinta kita bisa saling berbagi satu dengan yang lain tanpa membedakan siapa orangnya, karna orang yang saling mencintai akan selalu berkorban terhadap orang yang ia cintai, sekarang kita harus bertanya pada diri kita,? apakah cinta yang kita berikan tulus kepada orang yang kita cintai ?.... namun kesemua itu adalah semu adanya, akan tetapi cinta yang hakiki adalah cinta yang bermula dari hati yang digerakkan oleh Robbnya, kepadapa hamba yang ia cintai, yaitu cinta kepada-Nya, kerena sesungguhnya cinta yang Ia berikan tidak pernah akan hilang dan pudar termakan oleh berjalannya waktu, dengan bertambahnya umur, semakin lama semakin lemah dan tak berdaya.

hai...saudaraku milikilah cinta yang hakiki itu, karena dengan cinta kepada-Nyalah hatimu akan selalu indah ...yakinlah.